Gelap yang Tak Pernah Pergi: Musim Dingin dan Malam-Malam Tanpa Listrik di Gaza
Gelap yang Tak Pernah Pergi: Musim Dingin dan Malam-Malam Tanpa Listrik di Gaza
Setiap malam di Gaza, ribuan keluarga menunggu sesuatu yang seharusnya sederhana — cahaya. Namun yang datang justru kegelapan yang tebal, tak berujung, dan semakin menyesakkan saat dingin musim dingin menusuk perapian yang tak lagi berfungsi.
Di banyak tenda pengungsian, kompor kecil tak bisa dinyalakan karena tak ada aliran listrik. Selimut pun terasa percuma ketika angin malam menerobos kain tenda yang sobek oleh badai musim lalu.
Bagi anak-anak Gaza, kegelapan bukan hanya soal lampu yang mati. Ini tentang pelajaran yang tak bisa diselesaikan, mimpi yang terhenti di halaman buku terakhir, dan ketakutan yang semakin kuat saat malam menelan seluruh kamp pengungsian.
Di sebuah tenda kecil, seorang ibu menyalakan lilin tipis — satu dari beberapa yang tersisa.
“Cuma ini cahaya kami hari ini. Dan besok mungkin tidak ada lagi,” ucapnya pelan.
Lilin itu menerangi wajah anak-anaknya yang berusaha belajar di atas tanah yang lembap. Mereka tahu waktu belajar hanya sampai lilin padam, karena setelah itu kegelapan kembali mengambil alih.
Kerusakan jaringan listrik Gaza mencapai lebih dari 700 juta dolar. Kabel-kabel hancur, gardu-gardu rusak, dan banyak jalur distribusi yang sudah tak lagi dapat diperbaiki. Tidak ada kepastian kapan listrik bisa kembali — tidak minggu depan, tidak bulan depan.
Saat malam tiba, suhu juga ikut turun. Bagi keluarga yang tinggal di tenda, kegelapan adalah ancaman nyata: udara dingin merayap dari segala arah, dan tak ada alat pemanas yang bisa diandalkan. Pengungsi yang sudah kehilangan rumah kini juga kehilangan hangatnya malam.
Di tengah kondisi ini, anak-anak tetap mencoba tersenyum. Mereka bermain dalam remang dini hari, berlari di antara tenda-tenda, menciptakan sedikit keriangan di tengah dunia yang terus merenggut banyak hal dari mereka.
Tapi begitu matahari tenggelam, semua kembali pada kenyataan: Gaza Lapar, Gaza dingin, Gaza berusaha bertahan.
Musim dingin datang membawa pertanyaan yang berat: bagaimana keluarga-keluarga ini melewati malam-malam panjang tanpa cahaya dan tanpa kehangatan?
Hingga kini, yang mereka punya hanyalah doa — dan harapan bahwa dunia tidak akan membiarkan gelap ini jadi bagian permanen dari hidup mereka.
Source: Al Jazeera
Picture: New York times
Adapted by: Golden Future Indonesia