← Kembali ke Berita

Gaza di Ambang Musim Dingin: Ribuan Keluarga Masih Tanpa Atap

12 Nov 2025 · Gun gun Nugraha
Cover

Gaza City —
Menjelang musim dingin, ribuan keluarga di Gaza masih hidup tanpa atap. Di Tel al-Hawa, remaja 19 tahun bernama Farah Ashour setiap malam tidur di bawah langit terbuka, tanpa perlindungan selain doa.

“Bagaimana jika bom jatuh sekarang, meski ada gencatan senjata? Mereka kejam,” ucap Farah kepada Quds News Network.
 “Musim dingin sebentar lagi tiba. Ramalan cuaca memperingatkan hujan dan badai... dan tak ada yang peduli dengan nasib kami.”

Rumah Hancur, Tenda Robek

Farah dan keluarganya adalah satu dari ribuan keluarga yang kehilangan rumah akibat serangan Israel. Mereka kini tinggal di tenda darurat dari terpal, yang tak lagi sanggup menahan angin dan hujan.
 Satu tenda menampung sepuluh anggota keluarganya — orang tua, saudara, dan bibi. “Musim dingin lalu, badai merobek tenda kami. Kami tidur di udara terbuka,” katanya.

Mereka sempat mencoba kembali ke rumahnya yang hancur, namun hanya menemukan reruntuhan.

“Ada roket tak meledak di lantai atas rumah kami. Itu berbahaya, tapi kami tak punya pilihan,” ujar Farah.

Bantuan Terhambat, Ancaman Membesar

Meski gencatan senjata sudah sebulan berlaku, 81% bangunan di Gaza rusak dan lebih dari 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggal.
Organisasi kemanusiaan seperti Norwegian Refugee Council (NRC) menyebut Israel menolak 23 izin masuk bantuan sejak 10 Oktober — termasuk tenda, selimut, dan perlengkapan dasar lain.

“Kami hanya punya waktu singkat untuk melindungi keluarga dari hujan dan dingin,” kata Angelita Caredda, Direktur Regional NRC.
“Lebih dari tiga minggu setelah gencatan, Gaza seharusnya menerima gelombang bantuan, bukan penolakan.”

Kondisi ini diperparah oleh sistem air dan sanitasi yang hampir runtuh. Pemerintah Kota Gaza memperingatkan, 93% tenda telah roboh atau tak layak huni. Hujan pertama bisa membawa bencana baru: banjir, penyakit, dan kontaminasi air.

Ketika Musim Dingin Menjadi Ancaman Hidup

Menurut laporan Gaza Rights Center (GRC), 74% tenda pengungsi tidak layak dihuni, sementara banyak lembaga kemanusiaan internasional tidak diizinkan menyalurkan bantuan.
Perwakilan lembaga Muslims In Need di Gaza berkata:

“Hampir semua orang kini hidup di tenda, atau bahkan di jalan tanpa tempat berlindung.
 Banyak keluarga hanya memiliki satu selimut untuk dipakai bersama sepanjang musim dingin.”

Bagi warga Gaza seperti Aya Sada yang tinggal di kamp pengungsian dekat laut Deir al-Balah, musim dingin bukan sekadar dingin — tapi ancaman hidup.

“Orang-orang di Gaza membenci musim dingin. Kami hanya punya satu selimut. Inilah kenyataan kami.”

Antara Dingin, Doa, dan Harapan

Musim dingin di Gaza bukan hanya ujian cuaca — tapi ujian kemanusiaan.
 Bagi ribuan keluarga seperti Farah dan Aya, setiap hari adalah perjuangan untuk bertahan hidup di tengah dunia yang nyaris diam.

Namun di balik dingin yang menggigit dan langit yang kelabu, masih ada harapan kecil yang menyala — pada tangan-tangan yang mau berbagi, dan hati-hati yang tak berhenti peduli.

Sumber: Quds News Network, NRC, UNRWA, Gaza Rights Center (2025)
Disusun oleh: Tim Redaksi Golden Future Indonesia
Program terkait: Everyday with Palestine — Gerakan kepedulian berkelanjutan untuk masyarakat Gaza.